Tingkah sekumpulan Yaki dan Tarsius bisa ditemui di Taman
Wisata Alam (TWA) Batu Putih Tangkoko yang berlokasi di Kelurahan Batu Putih
Bawah, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Tarsius adalah monyet terkecil di dunia yang telah langka.
Kepalanya bisa berputar 180 derajat. Ukurannya kecil sekali, hanya sekitar 10cm
dan selalu berada di pohon beringin.
Tarsius sendiri adalah binatang malam yang hanya terdapat di
Indonesia dan Filipina. Tarsius ini telah menjadi ikon Sulawesi Utara, dimana
gambar Tarsius sering dijadikan souvenir dalam berbagai bentuk.
Sementara Yaki adalah monyet hitam endemik Sulawesi (Macaca
nigra) yang keberadaannya berpusat di Sulawesi Utara. Keberadaan Yaki ini
sendiri telah langka dan nyaris punah.
Menyentil keberadaan Yaki, berbagai organisasi pecinta hewan
sedang giat-giatnya menentang tingkah sejumlah warga Sulut yang membunuh Yaki
untuk dimakan.
Selain Yaki dan Tarsius, aneka flora dan fauna lainnya
seperti babi hutan dan burung-burung yang telah langka bisa ditemui di TWA ini.
Namun Yaki dan Tarsiuslah yang menjadi ikon lokasi ini.
TWA Batu Putih ini merupakan bagian dari cagar alam Tangkoko
yang luasnya 615 hektar. Jarak dari Kota Manado ke TWA ini sekitar 60
kilometer. Jarak dari pusat Kota Bitung ke TWA ini sekitar 20 kilometer.
Tak sulit menemukan lokasi ini. Karena penunjuk arah ke
lokasi terpasang dimana-mana. TWA Batu Putih Tangkoko ini telah menjadi
destinasi wisata favorit Kota Bitung dan Sulawesi Utara.
Kalau naik kendaraan umum, dari terminal Paal Dua Manado
naik jurusan Bitung. Kemudian turun di terminal Girian Bitung, lalu gunakan
ojek untuk ke TWA Batu Putih ini.
Dari Kota Bitung, akan melewati jalan sempit dan
berkelok-kelok hingga ke lokasi. Meski sempit, jalan dalam keadaan baik
sehingga perjalanan ke TWA Batu Putih akan sedikit mudah. Sepanjang perjalanan,
wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan gunung Dua Sudara Bitung dan
hijaunya alam setempat.
Tiba di lokasi, pengunjung terlebih dahulu melapor ke loket.
Biaya masuk per orang Rp 5 ribu. Dari loket, pengunjung akan diarahkan pada
penggunaan jasa guide. Jasa guide dibanderol Rp 70 ribu per orang.
Bisa juga jika tak menggunakan guide, hanya
keliling-keliling lokasi. Hanya saja, disarankan menggunakan guide agar bisa
menikmati spot-spot yang bagus untuk mengintip Yaki maupun Tarsius dari dekat.
Karena lokasi ini begitu luas, jika tak kuasai, pengunjung
takkan menemui di mana dan kapan tepatnya melihat Yaki dan Tarsius. Lagi pula,
keamanan pengunjung lebih terjamin jika menggunakan jasa guide. Menyusuri TWA
ini, bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun empat, bisa juga jalan kaki.
Terus menyusuri hutan TWA Kamis (04/06/2015), semakin jauh
semakin terlihat tanda-tanda keberadaan gerombolan Yaki. Satu dua Yaki
terlihat, lalu tiba-tiba terdengar teriakan yaki di balik pepohohan.
Dan dan nampaklah puluhan atau bahkan ratusan gerombolan
yaki yang berlarian. Ada yang bermain-main di atas pohon, ada yang di tanah.
Mereka bahkan menyemut di jalanan yang biasa dilalui wisatawan.
Dua orang turis asing asik terlihat begitu excited memotret
Yaki dari dekat. Sementara dua orang guide mendampingi mereka. Selain wisatawan,
beberapa peneliti binatang tampak mengamati tingkah Yaki-yaki tersebut.
Jarak tiga meter untuk memotret Yaki merupakan batas jarak
paling dekat. Tak boleh lebih, atau akan diserang objek yang difoto. Dan harus
dalam keadaan jongkok. Jika berdiri, Yaki akan merasa diintimidasi.
Untuk melihat Tarsius, ada sebuah pohon yang sering disebut
pohon turis. Di pohon inilah Tarsius bersarang. Pada jam keluarnya sekitar
pukul 17.00 Wita, di situ banyak berkumpul wisatawan untuk melihat Tarsius.
Sebelum pukul 08.00 Wita, adalah jam Tarsius keluar. Untuk melihat Tarsius di
TWA ini, sebaiknya pada pada jam-jam tersebut.
Di kawasan ini pula, bisa dinikmati wisata pantai Batu Putih
yang masih berlokasi di dalam TWA. Pantai ini berpasir hitam dan halus.
Suasananya tenang, jauh dari riak-riuk aktivitas masyarakat.
Yang ingin bermalam, sekitar TWA Batu Putih berdiri sejumlah
home stay dengan harga per kamar Rp 200 - 500 ribu. Dibangun juga sejumlah
rumah makan, serta tempat souvenir.
Hanya di Taman Wisata Alam Batu Putih Tangkoko ini warga
bisa melihat dengan jelas bagaimana kehidupan alami kedua hewan yang telah
langka ini. Kalau berkunjung ke Sulawesi Utara, jangan lupa sempatkan waktu ke
sini.
No comments:
Post a Comment