Saturday, October 24, 2015

Mengintip Dari Dekat Yaki dan Tarsius di Taman Wisata Alam Batu Putih Tangkoko




Tingkah sekumpulan Yaki dan Tarsius bisa ditemui di Taman Wisata Alam (TWA) Batu Putih Tangkoko yang berlokasi di Kelurahan Batu Putih Bawah, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Tarsius adalah monyet terkecil di dunia yang telah langka. Kepalanya bisa berputar 180 derajat. Ukurannya kecil sekali, hanya sekitar 10cm dan selalu berada di pohon beringin.

Tarsius sendiri adalah binatang malam yang hanya terdapat di Indonesia dan Filipina. Tarsius ini telah menjadi ikon Sulawesi Utara, dimana gambar Tarsius sering dijadikan souvenir dalam berbagai bentuk.

Sementara Yaki adalah monyet hitam endemik Sulawesi (Macaca nigra) yang keberadaannya berpusat di Sulawesi Utara. Keberadaan Yaki ini sendiri telah langka dan nyaris punah.

Menyentil keberadaan Yaki, berbagai organisasi pecinta hewan sedang giat-giatnya menentang tingkah sejumlah warga Sulut yang membunuh Yaki untuk dimakan.

Selain Yaki dan Tarsius, aneka flora dan fauna lainnya seperti babi hutan dan burung-burung yang telah langka bisa ditemui di TWA ini. Namun Yaki dan Tarsiuslah yang menjadi ikon lokasi ini.


TWA Batu Putih ini merupakan bagian dari cagar alam Tangkoko yang luasnya 615 hektar. Jarak dari Kota Manado ke TWA ini sekitar 60 kilometer. Jarak dari pusat Kota Bitung ke TWA ini sekitar 20 kilometer.

Tak sulit menemukan lokasi ini. Karena penunjuk arah ke lokasi terpasang dimana-mana. TWA Batu Putih Tangkoko ini telah menjadi destinasi wisata favorit Kota Bitung dan Sulawesi Utara.

Kalau naik kendaraan umum, dari terminal Paal Dua Manado naik jurusan Bitung. Kemudian turun di terminal Girian Bitung, lalu gunakan ojek untuk ke TWA Batu Putih ini.

Dari Kota Bitung, akan melewati jalan sempit dan berkelok-kelok hingga ke lokasi. Meski sempit, jalan dalam keadaan baik sehingga perjalanan ke TWA Batu Putih akan sedikit mudah. Sepanjang perjalanan, wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan gunung Dua Sudara Bitung dan hijaunya alam setempat.

Tiba di lokasi, pengunjung terlebih dahulu melapor ke loket. Biaya masuk per orang Rp 5 ribu. Dari loket, pengunjung akan diarahkan pada penggunaan jasa guide. Jasa guide dibanderol Rp 70 ribu per orang. 


Bisa juga jika tak menggunakan guide, hanya keliling-keliling lokasi. Hanya saja, disarankan menggunakan guide agar bisa menikmati spot-spot yang bagus untuk mengintip Yaki maupun Tarsius dari dekat.

Karena lokasi ini begitu luas, jika tak kuasai, pengunjung takkan menemui di mana dan kapan tepatnya melihat Yaki dan Tarsius. Lagi pula, keamanan pengunjung lebih terjamin jika menggunakan jasa guide. Menyusuri TWA ini, bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun empat, bisa juga jalan kaki.

Terus menyusuri hutan TWA Kamis (04/06/2015), semakin jauh semakin terlihat tanda-tanda keberadaan gerombolan Yaki. Satu dua Yaki terlihat, lalu tiba-tiba terdengar teriakan yaki di balik pepohohan.

Dan dan nampaklah puluhan atau bahkan ratusan gerombolan yaki yang berlarian. Ada yang bermain-main di atas pohon, ada yang di tanah. Mereka bahkan menyemut di jalanan yang biasa dilalui wisatawan.

Dua orang turis asing asik terlihat begitu excited memotret Yaki dari dekat. Sementara dua orang guide mendampingi mereka. Selain wisatawan, beberapa peneliti binatang tampak mengamati tingkah Yaki-yaki tersebut.


Jarak tiga meter untuk memotret Yaki merupakan batas jarak paling dekat. Tak boleh lebih, atau akan diserang objek yang difoto. Dan harus dalam keadaan jongkok. Jika berdiri, Yaki akan merasa diintimidasi.

Untuk melihat Tarsius, ada sebuah pohon yang sering disebut pohon turis. Di pohon inilah Tarsius bersarang. Pada jam keluarnya sekitar pukul 17.00 Wita, di situ banyak berkumpul wisatawan untuk melihat Tarsius. Sebelum pukul 08.00 Wita, adalah jam Tarsius keluar. Untuk melihat Tarsius di TWA ini, sebaiknya pada pada jam-jam tersebut.

Di kawasan ini pula, bisa dinikmati wisata pantai Batu Putih yang masih berlokasi di dalam TWA. Pantai ini berpasir hitam dan halus. Suasananya tenang, jauh dari riak-riuk aktivitas masyarakat.

Yang ingin bermalam, sekitar TWA Batu Putih berdiri sejumlah home stay dengan harga per kamar Rp 200 - 500 ribu. Dibangun juga sejumlah rumah makan, serta tempat souvenir.

Hanya di Taman Wisata Alam Batu Putih Tangkoko ini warga bisa melihat dengan jelas bagaimana kehidupan alami kedua hewan yang telah langka ini. Kalau berkunjung ke Sulawesi Utara, jangan lupa sempatkan waktu ke sini.

No comments:

Post a Comment