Saturday, October 24, 2015

Taman Makam Pahlawan Nasional Sam Ratulangi di Tondano


Monumen GSSJ Ratulangi

Dr Gerungan Saul Samuel Jozias (GSSJ) Ratulangi atau dikenal dengan Sam Ratulangi adalah pahlawan nasional dari Sulawesi Utara. Selain dikenal sebagai pahlawan nasional, Sam Ratulangi juga merupakan tokoh multidimensional di tanah Toar Lumimuut.

 Satu di antara falsafah Sam Ratulangi yang terkenal saat ini adalah si tou timou tumou tou, yang dalam bahasa daerah Minahasa, berarti manusia hidup untuk memanusiakan orang lain. Semboyan Sam Ratulangi ini bisa dijumpai di banyak tempat di Sulawesi Utara.

Pada 30 Juni 1949, Sam Ratulangi wafat dalam tahanan Belanda. Nama Sam Ratulangi kini diabadikan menjadi nama bandara dan universitas terkenal di Sulawesi Utara. Juga nama jalan di beberapa tempat. Berdasarkan SK Presiden nomor 590/1961, Sam Ratulangi resmi diangkat sebagai pahlawan nasional.

Sam Ratulangi dimakamkan di sebuah perbukitan yang berlokasi di Kelurahan Wawalintouan, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa. Makamnya kini telah menjadi taman wisata bersejarah di Minahasa. Di makam ini juga dibangun monumen Sam Ratulangi.

Kompleks makam begitu luas, dengan banyak pohon rindang yang mengelilingi. Terlebih dahulu pengunjung harus meniti anak tangga hingga sampai ke monumennya. Sementara meniti tangga, pengunjung akan disambut dengan relief yang menggambarkan Sam Ratulangi semasa hidup.


Makam GSSJ Ratulangi
 Relief pertama menggambarkan peran dan perhatian Sam Ratulangi yang besar dalam bidang pendidikan. Ia lahir dari pasangan Jozias Ratulangi dan ibu Augustina Gerungan. Setelah menyelesaikan sekolahnya di Tondano dan Batavia (Koningeen Wilhelmina School), Sam Ratulangi melanjutkan studinya di Vrije Universiteit van Amsterdam di Belanda.

Lulus sebagai guru ilmu pengetahuan pada tahun 1915, lalu belajar selama dua tahun lagi di Universitas Amsterdam. Pada tahun 1919 Sam Ratulangi memperoleh gelar doktor di bidang fisika dan matematika dari University of Zurich, Switzerland.

Relief selanjutnya menggambarkan peran Sam Ratulangi di bidang pendidikan. Sekembalinya ke Indonesia, ia tinggal di Jogyakarta mengajar ilmu pengetahuan di sekolah menengah. Sebelum pindah ke Bandung mendirikan perusahaan Assurantie Maatschappij Indonesia, sebuah perusahaan pertama yang memakai kata "Indonesia" dalam dokumen resminya.

Keterlibatan Sam Ratulangi dalam pergerakan politik semakin nyata ketika diangkat menjadi anggota Volksraad pada 1927 dan terus gigih berjuang bagi persamaan hak, sampai tahun 1937 ketika ia dipenjara karena aktivitas politiknya. Setelah keluar dari penjara, Sam Ratulangi lalu menjadi editor of Nationale Commentaren, sebuah majalah berita dan penerbitan berbahasa Belanda.

Keberhasilan beliau di bidang pendidikan tidak menjadikannya lupa terhadap tanah kelahiran, Sam Ratulangi kembali dengan bekal Ilmu yang dimilikinya guna memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu perjuangannya ialah dalam menghapuskan kebijakan kerja paksa di Minahasa. Setelah Indonesia merdeka Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur pertama provinsi Sulawesi Utara. 

 
Dengan pengalamannya sebagai jurnalis dan pelaku pergerakan politik, Sam Ratulangi menerbitkan sebuah buku berjudul "Indonesia in den Pacific" pada Jun1 1937. Sam Ratulangi memperingatkan ancaman militerisme Jepang dan kemungkinan Jepang menyerbu Indonesia karena berlimpahnya sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh Jepang. Dalam bukunya itu Sam Ratulangi juga menulis peran penting yang bisa dimainkan oleh Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara di kawasan cekungan Pasifik.

Kemerdekaan Indonesia tidak serta merta menghentikan perjuangan beliau dalam melawan penjajah. Ia ditangkap oleh Belanda dalam agresi militer pada 5 April 1946, dan diasingkan di Serui di Pulau Yapen, sebelum dibebaskan pada 23 Maret 1948 dan dibawa ke Yogyakarta.

Pada agresi militer Belanda yang kedua, Sam Ratulangi ditangkap pada 25 Desember 1948 ketika Belanda menyerbu dan menduduki Yogyakarta. Karena kondisi kesehatannya yang menurun, Sam Ratulangi dibebaskan pada Februari 1949 dan dibawa ke Jakarta smpai ia meninggal pada 30 Juni 1949.

Di sebelah kanan monumen, berdiri makam Sam Ratulangi. Melewati tangga menurun, atau saat memasuki tangga bisa langsun ke kanan. Makam Sam Ratulangi ini berbentuk seperti waruga. Yakni kubur batu bangsa Minahasa pada zaman megalitik lalu. Di tugu ini tertulis "Pahlawan Kemerdekaan Nasional Dr.G.S.S.J. Ratulangie. Lahir: Tondano Tgl 5 Nov. 1890, Meninggal: Jakarta Tgl. 30 Juni 1949".

Kondisi makam keseluruhan terlihat bagus. Di perbukitan dengan suasana asri, di tengah sejuknya hawa Kota Tondano. Makam ini terawat dengan baik. Jika ke makam ini dan pintunya terkunci, jangan langsung pergi dulu. Penjaga makam tinggal di belakang makam, dan bisa dihubungi kapan saja. Penjaga makam ini pula yang akan menjelaskan langsung sejarah tentang Sam Ratulangi ini.

Dari Kota Manado, butuh berkendara sekitar 90 menit. Yang menggunakan angkutan umum, makam ini sangat mudah ditemui. Di terminal Karombasan Manado, naik jurusan Tondano. Lalu turun di terminal Tondano, dan hanya berjalan kaki sedikit sudah tiba di makam pesohor Sulawesi Utara ini.

No comments:

Post a Comment